Senin, 07 Februari 2011

Bergas Kidul Siap Menjadi Desa Wisata


     BUNGA-BUNGA dan bonsai itu tertata apik di atas rak-raknya. Dari stiker yang tertempel di potnya, terlihat, kalau beberapa bunga itu tak sekadar tanaman bunga biasa. Ya, beberapa di antaranya berharga sampai jutaan rupiah. Bahkan, ada juga yang mencapai puluhan juta rupiah.
Melihat pemandangan itu, sangat wajar bila kebanyakan orang menyangka kalau aneka tanaman bunga dan bonsai itu adalah hasil karya para petani bunga profesional. Namun rupanya, anggapan itu keliru. ''Ini hasil karya anak-anak yang tergabung dalam kelompok tani Mekarsari. Sebagian besar di antara mereka adalah anak-anak putus sekolah yang kini sedang melanjutkan pendidikannya di Kejar Paket B. Mereka ini adalah hasil binaan dari Pendidikan Life Skill Laboratorium Pendidikan Luar Sekolah (PLS) FIP Unnes Semarang,'' ujar Sarno Kosasih.
     Lelaki bersahaja yang akrab dengan panggilan Pak Sarno itulah yang sekitar empat bulanan ini telaten mengasuh dan membina para remaja dan pemuda yang kebanyakan berstatus penggangguran tersebut, hingga piawai menjadi petani bunga beneran.
Bersama istri, Ny Tatik Kusmiyati, pemilik Griya Puspita Bonsai tersebut bahkan tak segan untuk merogoh sakunya, demi memodali ''anak-anak asuhnya'' tersebut. Modal pun tak semata berupa uang, namun juga dengan memberikan pinjaman berupa aneka bibit tanaman.
Hasil dari binaan Sarno ñ yang mendapat dukungan dari Pendidikan Life Skill Laboratorium PLS Universitas Negeri Semarang (Unnes) itu kini telah berbuah manis.
     Beberapa waktu lalu, produksi dan pemasaran tanaman hias Mekarsari yang berlokasi di Desa Kemloko, Bergas Kidul, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang itu telah diresmikan penggunaannya untuk umum oleh DR Agus Salim MS, Dekan Laboratorium PLS FIP Unnes.
Sarno, dan juga Kepala Desa Bergas Kidul, Drs Umar Sujadi tentunya pantas berbangga. Sinergi dalam rangka mengentaskan penggangguran dan meningkatkan kesejahteraan warga desa tersebut telah menampakkan hasil.
Tempat pemasaran tanaman hias tersebut bahkan digadhang-gadhang nantinya akan menjadi embrio terwujudnya pasar bunga terpadu. Pasar bunga itu, sebagaimana disampaikan Camat Bergas, Retno Widurini MM, sekaligus juga akan menjadi embrio menuju terwujudnya Desa Bergas Kidul sebagai desa wisata bunga dan wisata Industri.

Buah Unggulan
      Rintisan menuju proyek besar itu sendiri sudah dimulai pada bulan Januari 2007. Sebagai desa wisata bunga dan desa wisata industri, nantinya Bergas Kidul juga akan diupayakan masuk dalam agenda Dinas Pariwisata dan masuk dalam program one day tour, sebuah program promosi wisata Diparta Kabupaten Semarang. ''Selain meresmikan produksi dan pemasaran tanaman hias, saat ini Bergas Kidul juga sedang bebenah agar impian untuk menjadikan sebagai desa wisata segera tercapai. Salah satu program yang sudah kami laksanakan adalah dengan menjadikan buah naga sebagai buah unggulan Desa Bergas Kidul. Disamping menjadikan Bergas Kidul sebagai sentra aneka buah anggur.''
     Kebun anggur itu selain akan dijadikan sebagai tempat wisata petik, nantinya hasilnya juga akan disetorkan pada perusahaan yang akan menampung hasil produksi.
''Kami juga masih memiliki lahan seluas 1,25 hektare yang akan kami jadikan lokasi kemping wisata,'' ujar Umar.
     Kisah perjalanan Desa Bergas Kidul menjadi desa wisata itu sendiri, rupanya berawal dari grenengan Sarno dan beberapa pemuka kampung yang risih terhadap polah tingkah banyak pemuda di desa tersebut yang tak memiliki kesibukan lain selain nongkrong dan bermain kartu.
''Alhamdulillah, kini di desa kami tidak ada lagi acara kumpul-kumpul yang tidak produktif. Meskipun pada awalnya kami mengalami banyak hambatan, namun pada akhirnya mereka mau juga menyadari, bahwa menjadi petani itu bukan hal yang memalukan. Selain itu, juga bisa memberikan penghasilan bagi mereka,'' ujar Sarno.

Sumber: http://www.suaramerdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar